Chiltern, Hunian Mewah Bergaya Klasik di Tengah Kawasan Sillicon Valley
https://thelounge77.blogspot.com/2015/12/chiltern-hunian-mewah-bergaya-klasik-di.html
Daerah Silicon Valley menjadi terkenal belakangan ini kerena di sanalah asal muasal berbagai perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Hewlett Packard, Google dan Facebook. Silicon Valley sebenarnya bukanlah nama resmi sebuah region, nama ini adalah julukan daerah selatan San Francisco, California, AS. Bagi pecinta teknologi berkunjung atau bahkan tinggal di kawasan ini merupakan suatu impian. Seperti layaknya kawasan industri, Sillicon Valley adalah kawasan padat penduduk.
Bergeser sedikit, masih di wilayah pantai San Francisco, terdapat sebuah kawasan yang cukup kontras karena menawarkan aura tempat tinggal berabad silam yang megah, nyaman dan damai yaitu Hillsborough. Sejak dahulu Hillsborough telah dikenal sebagai salah satu wilayah termahal di Amerika Serikat. “Kota Mandiri” ini memiliki populasi sekitar 10.000 orang. Salah satu tempat yang menjadi pusat perhatian di kawasan ini adalah Chiltern. Dengan luas wilayah sekitar 11.000m persegi dan luas bangunan kurang lebih 25.000m persegi, wajar saja apabila Chiltern termasuk dalam salah satu kediaman privat terbesar di wilayah pantai barat Amerika.
Aroma Elizabethan bagai rumah masa lalu seakan menyapa ketika memasuki gerbang dan melihat eksterior bernuansa gothic dengan berbagai pahatan batu bernuansa artefak kuno yang terbuat dari batu kapur dolomit dan batuan fosil lainnya. Hunian ini padahal baru di bangun pada 2 dekade yang lalu, yaitu pada tahun 1992.
Ruangan Utama depan bergaya abad ke-17 ditandai dengan panel bergaya Jacobean dengan ketinggian 13 meter. Kesan antik semakin diperkuat dengan pajangan dekorasi kuno pada bagian interior. Sementara pada hiasan dinding, terdapat lebih dari 250 buah kaca patri menghiasi rumah yang berasal dari abad ke-13.
Untuk ukuran rumah seluas ini, kenikmatan ruangan lega benar-benar dijaga dengan jumlah ruang tidur hanya 5 buah dan kamar mandi 6 ruangan. Salah satunya adalah ruang tidur utama bagi sang pemimpin keluarga. Selain terdapat kamar tidur mewah, juga terdapat dressing room untuk dua orang, ruang duduk dan ruang kerja. Interior ruangan berhiaskan batuan granit hitam, onyx hijau Persia dan batu fosil. Sementara pada ruangan lainnya berhiaskan dengan batu marmer, granit, onyx dan batu semi mulia seperti batu sepah dan batuan fosil berumur 350 juta tahun.
Pada saat musim dingin tiba, tidak perlu takut diliputi hawa dingin karena rumah super mewah ini memiliki 16 perapian yang dikelilingi dengan ukiran indah yang terbuat daru abad ke-17. Di lantai 3, sambutan langsung datang dari pintu dengan balutan perunggu yang terbuka untuk ruangan kerja, galeri seni privat dan teras berpahat yang menghadap ke pemandangan teluk.
Selain melihat ke pantai, nuansa hijau juga patut dinikmati. Masih dalam areal Chiltern, lahan luas menghampar yang terdiri dari kebun yang sudah berusia 60 tahun, kebun yang terdiri dari 50 jenis buah, berbagai kebun mawar. English Garden (tipikal kebun Inggris dengan bunga warna warni yang sangat indah dengan tempat duduk diantaranya), taman labirin, rumah kaca dan kolam ikan koi, air terjun, air mancur, gazebo, dinding batu setinggi 7,5 meter.
Meskipun bernuansa vintage, Chiltern juga dilengkapi dengan teknologi canggih terutama untuk kemanan dan kenyamanan. Sistem otomatis termasuk di dalamnya untuk kemanan, lampu, pemanas, pendingin udara dengan kontrol dari komputer, kontrol akses dan interkom. Belum lagi ruang media yang dilengkapi dengan sistem suara THX standar bioskop. Selain itu, juga terdapat fasilitas pendukung lainnya seperti kolam renang indoor & outdoor, lapangan squash dan tennis, gym, whirlpool dan dapur professional dengan koki pribadi.
Chiltern merupakan sebuah rumah mewah dengan konsep yang keseimbangan, yaitu menawarkan ketenangan dan kenyamanan dari hiruk pikuk kota industri modern. Sebuah proyek ambisius, dengan segala kemewahannya Chiltern ini merupakan gambaran hunian megah dari sebuah kawasan elit di Amerika Serikat.
Photo Credit: Dennis Mayer